Jurnal Agro | |
Penjaringan Cendawan Mikoriza Arbuskula Indigenous dari Lahan Penanaman Jagung dan Kacang Kedelai pada Gambut Kalimantan Barat | |
Nurmala Pangaribuan1  | |
[1] Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran; | |
关键词: gambut; Glomus sp.; indigenous; kalimantan barat; trapping; | |
DOI : 10.15575/81 | |
来源: DOAJ |
【 摘 要 】
Ekosistem gambut memiliki jenis dan kepadatan CMA yang beragam. Tanaman yang dibudidayakan di lahan gambut memiliki sistem perakaran (rhizosfir) yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme CMA, dan dalam jumlah besar. Untuk mengetahui jenis dan jumlahnya, perlu dilakukan studi potensi CMA indigenous pada ekosistem gambut. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan informasi yang tepat tentang potensi sumberdaya cendawan mikoriza arbuskular dari lokasi penanaman jagung dan kacang-kacangan pada lahan gambut desa Sidomulyo Rasau Jaya, kabupaten Kubu Raya dan dari Jawai di Kabupaten Sambas, Propinsi Kalimantan Barat. Kegiatan penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel tanah dari Rasau dan Jawai, yang kemudian diamati dengan mikroskop. Selanjutnya dilakukan (1) trapping spora mengunakan tanaman Jagung (Zea mays L.), (2) identifikasi jenis spora, identifikasi CMA menggunakan Manual for The Identification of Mychorhiza Fungi, (3) penghitungan jumlah spora dengan menggunakan Metode Saring Basah Pacioni dan teknik sentrifugasi dari Brunndret. Hasil percobaan menghasilkan jumlah spora Glomus sp. asal Rasau 227 spora per 50 g tanah, dan gambut asal Jawai 181,9 spora per 50 g tanah gambut Rasau dan Sambas dominan mengandung Glomus sp.
Peats ecosystem has different species and densities of Arbuscular Mycoriza Fungi (AMF). Plant Rhizosphere at peatland has various kinds of microorganisms, including AMF. For further use, study the potency of indigenous AMF is necessary. This research was conducted to study on the potency of indigenous AMF, from the where physic corn and nuts, grow on peatland of Rasau dan Jawai, Pontianak West Kalimantan. Soils samples were collected and then observed under microscope. The steps to study the potency of AMF were (1) spora trapping, (2) identifying the types of spore, and (3) counting of spora with Seive and Wet Techniques by Pacioni and Brunndret. The result showed that the number of spores AMF of Glomus sp from cultivated Rasau was 227 spores 50 g-1 soil and from of Jawai was 181,9 spores 50 g-1 soil Indigenous AMF from the soil where physic corn and nut grown at Rasau and Jawai were dominated by Glomus sp.
【 授权许可】
Unknown